Senin, 26 Oktober 2009

YANG LAHIR YANG JUARA

Selasa 28 September 2003, tepat pukul 03.07 WIB, seorang bayi terlahir dari ibu yang berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu. Berbeda dengan ibu-ibu lain yang tersenyum penuh bahagia ketika bayinya lahir. Ibu ini justru menangis sedih. Bukan karena kelahirannya yang butuh operasi, karena proses kelahirannya lancar, bukan karena suami yang tidak menemani, suami selalu mendampingi istri bahkan saat proses melahirkan, suami mondar-mandir di depan pintu kamar, karena bidan elarang laki-laki masuk. Tentunya tangisan ibu ibu ini bukan tangisan bahagia, bayi laki-laki yang baru lahir ini ternyata memiliki kedua tangan yang tidak sempurna.

Sang ibu menangis sedih, mengembangkan fikiran-ikiran negatifnya: “bagaimana perasaannya kelak ia telah besar, bagaimana ia bisa mandiri, bagaimana masa depannya, sampai kapan aku akan mengurusinya?” Tanya sang ibu dalam hati kepada siapa dia pun tidak tahu. Fikiran-fikiran yang belum jelas kebenarannya it uterus ia kembangkan sehingga air mata pun tak terbendung, bantal yang sudah basah dengan keringat, kini bertambah basah dengan cucuran air mata. Sang ayah yang terlihat kekar buah dari olah fisik karena pekerjaannya sebagai tukang becak tidak dapat menggambarkan bahwa ia laki-laki tegar, air matanya mengalir bak anak kecil kehilangan ibunya.

Melihat mereka menangis bersama layaknya paduan suara upacara bendera, Bidan Neneng yang mengurusi kelahirannya itu mendekati mereka dan berkata: “Bu, setiap manusia yang lahir ke dunia ini adalah manusia pilihan, manusia juara, dialah yang terbaik. Saat berhubungan badan, laki-laki mengeluarkan ratusan juta sel sperma baik yang berjenis X dan Y. sel sperma yang berjumlah ratusan juta adalah adalah bakal calon manusia. Bayangkan ! anak yang lahir ke dunia ini adalah hasil seleksi alam yang akbar, dari ratusan juta peserta. Sel sperma ini harus melewati cairan vagina yang mengandung asam dan basa. Keasaman dan kandungan basa dalam vagina mematikan sebagian besar sel sperma, sel sperma yang lemah akan mati pada seleksi tahap awal ini. Setelah berhasil melewati bagian luar vagina, sperma akan “berlari-lari” saling mendahului menuju ovum atau sel telur wanita. Dalam perjalanannya, sel sperma banyak yang gugur dan mati sedangkan sperma yang lemah akan tertinggal jauh oleh sperma yang kuat dan larinya cepat. Terkadang sel sperma harus menunggu beberapa hari di tuba fallopi untuk kedatangan ovum karena ovum yang belum matang sehingga belur keluar dari ovarium atau tempat ovum, dalam proses tunggu inipun banyak sel sperma yang gugur, karena tidak dapat bertahan lama, hanya sel sperma yang kuat sajalah yan mampu bertahan dan menunggu. Ketika ovarium datang, sel-sel sperma yang mampu bertahan akan berlomba menembus lapisan yang meliputi ovum, lapisan ini sulit untuk di tembus, pada tahap ini juga ada proses seleksi, banyak sel sperma yang gugur dan hanya sperma yang kuatlah yang dapat menembus lapisan ovum yang kemudian membuahi ovum. Ketika salah satu sperma berhasil membuahi ovum, maka sel sperma lainnya akan gugur dan tidak mungkin akan membuahi ovum yang telah dibuahi itu. Ovum yang telah dibuahi inilah yang kemudian menjadi segumpal daging yang kemudian berkembang dan terus berkembang hingga menjadi bayi.

Perjuangan tidak sampai pada pembuahan atau bersatunya sel telur dengan ovum, pembuahan ini atau disebut dengan zigot harus bertahan dan terus berkembang menjadi bayi dengan situasi yang terkadang mengancam kehidupan zigot atau cikal bakal bayi. Udara yang tidak sehat, asupan makanan yang tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat, aktifitas ibu yang terlalu berat, gerakan-gerakan atau tekanan-tekanan, atau bahkan ibu yang mengalami kecelakaan dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengancam kehidupan cikal bakal bayi ini. Dan itu berlaku selama hamper kurang lebih sembilan bulan. Hanya bakal calon manusia yang kuatlah yang bakal terlahir ke dunia ini.

Ibu dan bapak bisa bayangkan betapa ada proses seleksi alam yang begitu besar untuk menyeleksi manusia yang layak lahir ke dunia fana ini. Oleh karena itu, perlu kita sadari, bagaimanapun keadaan fisik bahkan psikis anak yang lahir, mereka adalah sang juara sejati, mereka adalah pemenang, mereka adalah manusia yang layak lahir ke dunia ini diantara ratusan juta calon manusia yang bakal lahir.”

Mendengar nasehat dari bidan Neneng, pasangan suami istri ini menyusut air matanya, hingga mengering bak musim penghujan di bulan Maret.

Seakan melupakan ketidak sempurnaan, sang ayah bergegas mengais bayinya kemudian mengumandangkan adzan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya mengenalkan Allah swt sebelum syaitan memperkenalkan diri pada bayi tersebut.

Ssstt…Malam Pertama itu rahasia……

Abdul dan Ucup berteman sejak lama, mereka telah lama bersama semenjak duduk di bangku SMA.keduanya sangat kompak, satu bangku, memakai sepatu yang berjenis sama namun sedikit berbeda warna karena sepatu Abdul lebih dahulu ia miliki dibandingkan dengan sepatu Ucup, bahkan dalam urusan ujian pun mereka kompak. Jawaban mereka sama. Tidak hanya dalam masalah sekolah, dalam pencarian cinta pun mereka saling mendukung dan membantu bahkan berjuang bersama-sama. Walaupun kompak dalam urusan ini, pilihan mereka tidak kompak pada satu wanita yang sama, mereka mempunyai pilihan masing-masing.
Kisah Abdul dan Ucup pun berlanjut. Menjelang akhir sekolah, mereka mempunyai rencana yang berbeda. Kali ini mereka tidak kompak. Setelah lulus SMA, Abdul berencana untuk tidak meneruskkan sekolah dan akan mengikuti jejak kakaknya yang telah sukses versi keluarga mereka, yaitu berjualan pakaian dalam di daerah Jakarta Selatan. Sedangkan Ucup berencana meneruskan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Ia berencana meneruskan ke perguruan tinggi swasta yang terdekat dari tempat tinggalnya, walaupun berbeda kabupaten, tapi kampus tersebut merupakan kampus yang terdekat dari tempat tinggalnya.
Akhirnya setelah menerima ijazah, mereka pun berpisah. Abdul pergi merantau sedangkan ucup tetap meneruskan rencananya yaitu masuk perguruan tinggi. Rencana keduanya tidak melenceng, mereka sama-sama mendapatkan apa yang mereka rencanakan. Abdul berjualan pakaian dalam wanita dan pria bersama kakanya dan Ucup masuk sekolah tinggi ilmu ekonomi jurusan manajemen perbankan.
Walaupun terpisah leh jarak yang jauh, namun mereka tetap menjalin komunikasi, teknologi yang kian maju seakan menjembatani mereka dalam berkomunikasi. Mereka saling berbagi cerita dan pengalaman atau sekedar cerita tentang peristiwa-peristiwa yang cukup berkesan dalam hari-harinya, termasuk tentang kisah asmara masing-masing.
Dua tahun sudah waktu berlalu, ucup pun telah berada di semester 4, Abdul telah mapan dalam usahanya. Keduanya telah mempunyai kekasih idaman hati mereka. Namun Abdul mulai ingin mengakhiri masa lajangnya karena apa lagi yang ia harapkan, usaha sudah punya, walaupun usia belum cukup dewasa, tapi dorongan untuk menikah tidak terbendung lagi, apalagi orang tua sang kekasih telah menanyakan tentang keseriusan hubungan mereka.
Setelah berbicara dengan keluarganya dan juga kepada Ucup, Abdul kemudian memantapkan untuk segera menikah.
Tidak lama setelah melamar, mereka pun menentukan hari akad. Gadis yang akan ia persunting adalah gadis lugu berusia 19 tahun yang merupakan anak kedua dari pemilik kontrakan yang ditempati Abdul.
Hari akad segera tiba, Abdul dan keluarganya sibuk sejak seminggu sebelumnya. Akad akan digelar di Jakarta, rumah calon mertua, pada hari Minggu pukul 09.00 Wib. Dua mobil kijang berangkat dari rumah Abdul pukul tiga pagi, di salah satu mobil tersebut terdapat Ucup yang meluangkan waktunya untuk menjadi salah satu saksi dalam akad pernikahan sahabatnya itu.
Akad berjalan dengan lancar dan sederhana tanpa adanya resepsi ayng rumit dan hiburan yang mewah hanya terdengar suara alunan musik pengiring marawis dari sebuah DVD player yang menggunakan pengeras suara dan sebuah janur kuning melambai di persimpangan gang yang menuju lokasi hajat. walaupun Abdul mengulangi ucapan akadnya sebanyak dua kali, entah karena gugup atau kenapa tapi di luar itu semuanya terkendali dan lancar. Usai bersilaturahmi dan photo-photo keluarga, bertepatan dengan suara adzan dzuhur, keluarga Abdul pamit untuk kembali pulang. Tucup ditinggal oleh keluarganya.
Menjelang sore, semuanya hampir telah beres, semua tetangga-tetangga beraktifitas seperti biasanya, hanya orang-orang yang memang sedang membantu di hajatannya masih membereskan barang-barang.
Malam telah tiba, mempelai tidak mau lama-lama berbincang-bincang dengan keluarga atau menonton sinetron “basi” bersama keluarga. Belum genap pukul sembilan malam, keduanya telah memasuki kamar pengantin yang telah di hias dan ditebari bunga melati. Apa yang terjadi kemudian???? Tentunya pembaca mempunyai imajinasi sendiri. Penulis tidak perlu menceritakan lagi.
Jam tujuh pagi jendela dan pintu kamar pengantin baru terbuka, udara pun berganti, udara yang penuh aroma asmara berganti dengan udara yang baru, udara yang masih segar, alami, dan membawa semangat hari.
Entah karena ingin berbagi kebahgiaan atau memang ekspresi kebahagiaan, Abdul tiba-tiba mempunyai niat menelpon Ucup untuk menceritakan MP (Malam Pertama). Dengan masih berkalung handuk, dan berhutang shalat subuh, Abdul mengambil telepon genggamnya dan mencari nama Ucup di Phonebook untuk segera ia hubungi.
Sambil menunggu giliran mandi, karena memang antri, Abdul menelpon Ucup dan menceritakan secara mendetail dan sistematis apa yang ia lakukan bersama istrinya semalam penuh. Cerita Abdul yang mendetail membuat Ucup tersenggal dan sesekali menelan ludah: “glek..glek..” 14 menit 28 detik sudah Abdul menceritakan pengalaman pertamanya itu kepada Ucup, pulsa tidak tergolong mahal, karena memang operator selular perang harga.
Belum mencapai cerita akhir, paman dari istrinya datang dari belakang Abdul menuju kamar mandi, abdul yang menghadap kamar mandi tidak mengetahui bahwa pamannya menuju kamar mandi. Dalam hal ini tentunya sang paman mendengar apa yang diceritakan oleh Abdul kepada sahabatnya itu. Kemudian sang paman menepuk bahu Abdul, abdul pun terkaget dan tersentak tubuhnya merespon seperti kena tegangan listrik 240 volt. “Apa yang kamu ceritakan? Apa kamu tidak tahu, kalau menceritakan pergumulan suami istri kepada orang lain adalah perbuatan syaitan?” Tanya sang paman yang kebetulan seorang ulama di daerah setempat. “e..iya Cing, ma’af..” Jawab Abdul sambil memutuskan hubungan telepon tanpa mengucapkan salam atau kata-kata akhir pembicaraan. “Persenggamaan dengan pasangan adalah rahasia, suami yang menceritakan apa yang terjadi diantara dirinya dengan istrinya di tempat tidur dengan ulah seperti itu adalah perbuatan syaitan, begitu pula dengan seorang istri, tidak boleh mencceritakan apa yang dilakukannya bersama suaminya di tempat tidur, karena itu perbuatan syaitan.
Rasulullah saw. Bersabda bahwa sesungguhnya sejelek-jelek manusia kedudukannya di sisi Allah besok pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mengumpuli istrinya dan istrinya mengumpuli suaminya kemudian salah satu diantara mereka menyebarkan rahasia kepada orang lain. Oleh karena itu, segeralah mengucapkan Istigfar dan memohon ampun kepada Allah swt.” Sang paman memberi nasehat pada ponakannya yang baru itu.
“Astagfirullah al adzim……….” Abdul mengikuti separuh dari nasehat pamannya, yang akan ia lanjutkan setelah bersuci. Karena kamar mandi telah kosong, abdul segera masuk kamar mandi untuk bersuci. Kini tinggal pamannya yang menungggu giliran antri kamar mandi

Rabu, 14 Oktober 2009

SEKSI ?

Bagaimana kriteria menurut Anda tentang wanita seksi? Memakai pakaian ketat? Terbuka? Bahkan fulgar?. Mungkin kebanyakan orang berpendapat seperti demikian. Hal ini ridak dapat kita salahkan karena memang tidak ada kriteria pasti tentang seksi. Apalagi pendapat seperti itu telah melekat di kalangan masyarakat luas.

Namun, kita cermati pernyataan seksi itu sendiri. Seksi mempunyai asal kata “seks”, seks tidak hanya berarti “hubungan badan” atau “alat-alat kelamin” saja, akan tetapi menunjukan jenis kelamin; wanita atau pria. Imbuhan -i tentunya merujuk pada sifat. Artinya menunjukan sifat kewanita-wanitaan atau kepria-priaan, tidak berarti menunjukan alat kelaminnya atau menunujukan organ-organ seks lainnya. Dapat dikatakan bahwa seksi itu adalah mempunyai sifat dan bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya serta selaras dengan norma yang ada.

Lalu seperti apa wanita seksi itu? Apa yang terbayang ketika Saya menyebutkan “Wanita”? bertutur kata lembut, sopan, berjalan indah, bersikap melindungi, merawat dan membawa kedamaian serta rasa nyaman, murah senyum, memakai pakaian wanita yang anggun dan sopan. Maka itulah seorang wanita yang seksi.

Lalu bagaimana jika ketika Saya Menyebutkan “Wanita”, Anda membayangkan wanita dengan bertutur kata tidak sopan dan seronok, mempunyai pinggul, dada yang besar, memperlihatkan lekukan-lekukan tubuh bahkan mempertontontonkan organ-organ seksnya. Maka anda sedang membayangkan wanita yang mengumbar bahkan mengeksploitasi seksualitas manusia, merusak kesucian seksualitas. Bukan menunjukan wanita yang seksi.

SEGI TIGA CINTA

Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah cinta segitiga, bahkan diantara pembaca ada yang pernah terjebak dalam cinta segitiga. Dalam hal ini, Saya tidak perlu lagi menerangkan tentang cinta segitiga, karena Saya yakin pembaca telah mengetahui hal itu, akan tetapi juga diantara pembaca ada yang sedang mencari solusinya, karena Anda terjebak dalam keadaan yang membingungkan itu.

Di sini Saya tidak akan menerangkan lagi tentang cinta segitiga, namun di sini Saya akan menerangkan tentang segitiga cinta. Apa itu segitiga cinta??

Dalam buku Seraut Wajah Pernikahan, karya Wilson Nadeak, Manusia mengenal tiga jenis cinta dalam kehidupannya, yaitu:

  1. Cinta Eros

Raja Salomo adalah seorang raja yang terkenal di zamannya, Dia mengatakan bahwa orang yang memiliki cinta eros mencintai istrinya dengan cinta kasih yang senantiasa berani, yang bersuka cita terhadap istrinya. Dia mengumpamakannya dengan “rusa yang manis, kijang yang jelita”. Cinta eros melibatkan orang muda yang berkasih-kasihan dan terlibat dalam urusan perkawinan yang romantic. Dalam cinta ini ada sikap saling memberikan perlindungan satu pihak ke pihak lainnya.

  1. Cinta Fileo

Cinta anak kepada ibunya atau sebaliknya merupakan cinta fileo karena adanya aspek hubungan yang saling bersambut. Yang dirundung cinta fileo akan mengadakan komunikasi yang terbuka satu dengan lainnya. Ayah dan ibu terbuka dalam komunikasi dan persamaan perhatian diantara mereka saling membagi rasa. Seorang suami atau istri dapat terlibat cinta fileo dengan orang lain. Misalnya mereka senang bercakap-cakap tentang hobby masing-masing: pertemuan mereka senantiasa membuka peluang untuk saling terbuka dan saling memajukan tanpa di embeli oleh perasaan eros. Misalkan warga sekampung yang mengadakan rekreasi bersama ke suatu tempat yang mereka sukai.

  1. Cinta Agape

Cinta agape adalah bentuk lain dari sebuah cinta. Cinta ini merupakan kasih sayang yang amat luhur. Cinta ini tidak dapat di beli. Ia dimiliki oleh orang yang tidak mengenal dimensi paling tinggi dari kasih itu. Cinta ini tidak selama berkaitan dengan emosi atau ikatan hubungan keluarga. Agape tidak mengennal, ras, agama, dan bangsa, tidak membedakan status sosial.

Seseorang yang rela berkorban bukan untuk keuntungan pribadi adalah orang yang telah mengenal cinta agape. Cinta agape adalah suatu pilihan, artinya, sesuatu tindakan atau inisiatif yang diambil untuk memenuhi keperluan orang lain atau pasangan hidup yang sebenarnya ia mengambil prakarsa. Jika ia melihat seseorang dalam keadaan bingung, maka ia segera menawarkan diri untuk membantunya.

Cinta agapelah yang mendorong orang yang berkeluarga untuk menyelesaikan masalah yang timbul di dalam diri mereka, di tengah-tengah keluarga mereka, tanpa dibumbui kadar emosi yang berlebih-lebihan.

Kutipan dari buku: Seraut Wajah Pernikahan. Yogyakarta: kanisius, 1993 Karya Wilson Nadeak dalam bab 5. Cinta Segitiga dan Segitiga Cinta.

JANGAN ANGGAP REMEH PEKERJAAN ISTRI

Pernah berfikir bahwa pekerjaan seorang istri itu sama beratnya dengan pekerjaan suami?

Mari kita perhatikan; seorang istri terbangun pagi-pagi jauh sebelum jam berangkat kerja suami atau berangkat sekolah anak. Istri mempersiapkan segala persiapan untuk sarapan pagi sekeluarga, terkadang suami dan anak minta dipersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke tempat kerja atau sekolah. Setelah selesai mempersiapkan sarapan, kemudian ia membereskannya dan mencucinya dengan cucian-cucian lain yang tersisa sebelumnya. Pakaian sekeluarga yang begitu banyaknya hampir setiap hari ia cuci. Begitu selesai mencuci pakaian yang begitu menumpuk dan piring-piring yang begitu banyaknya, ia kemudian mulai bersih-bersih di rumah, setiap kamar, ruangan, bahkan halaman rumah ia bersihkan. Bahkan terkadang ia mengepelnya.

Belum kering cucian, istri sudah mulai mempersiapkan makan siang untuk kedatangan suami atau anak-anak. Menu makanan tentunya harus berbeda, dan itu dilakukan setiap hari, sehingga kerap merasa kehabisan menu.

Pekerjaan istri seperti itu adalah rutinitas sehari-hari, di lakukan di tempat yang sama, dengan pekerjaan yang sama, suasana dan pemandangan tiap hari tidak banyak berubah. Tentunya hal itu sangat membosankan, hidup mereka terasa tidak berputar dan berwarna sehingga istri terkadang merasa kelelahan secara fisik dan psikis. Maka alangkah baiknya jika sang suami kerap mengajak istri dan keluaga berlibur atau sekedar mengunjungi tempat-tempat yang indah seperti taman kota atau lain sebagainya.

Bayangkan, tiap hari melakukan hal yang sama dengan melihat pemandangan dan suasana yang itu-itu juga, tentunya itu membosankan. Maka pantas jika seorang istri ingin bekerja layaknya seorang laki-laki yang bekerja di luar sana, memiliki kebebasan yang sama, memiliki penghasilan sendiri, ingin suasana baru.

Namun, perlu disadari bahwa dalam rumah tanggga harus ada pembagian tugas. Tugas ini harus sesuai dengan potensinya masing-masing. Wanita atau istri dipercaya merawat atau mengurus anak-anak dan rumah tangga karena seorang wanita atau ibu sangat amat kasih dan lembut merawat seorang anak, tangan mereka lembut, ucapannya santun, membawa rasa nyaman dan damai, bersikap melindungi, menjaga, merawat, bersikap tertib, rapih, dan bersih sehingga istri di percaya mengurus anak dan rumah tangga termasuk juga dalam mengurus keuangan. Seorang istri tentunya boleh-boleh saja bekerja, mengembangkan dan mengaplikasikan potensi pendidikan dan keterazmpilan adalah hak setiap orang akan tetapi tugas seorang istri tidak boleh terbengkalai. Maka, perlu adanya seleksi pekerjaan supaya tugas seorang istri pun tidak terabaikan. Misalkan, bekerja sebagai penjahit, berdagang di rumahan, guru les privat, atau mendirikan usaha rumahan (home industri), dan lain sebagaiya.

Lalu bagaimana jika mendatangkan pembantu saja? Mendatangkan pembantu boleh-boleh saja jika memang mampu dan diperlukan. Akan tetapi, pembantu tugasnya hanya membantu dan tidak menggantikan tugas seorang istri. Mengurusi rumah tangga bukan suatu penghiaan bagi istri namunitu merupakan tugas yang mulia bagi seorang istri.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ali Bin Abi Thalib, Ia telah bercerita kepada Ibnu Abad; “Istriku ini sudah biasa memutar sendiri alat penggiling sehingga kulit tangannya menjadi tebal dan membawa kantung air sehingga muncul guratan pada ehernya. Selain itu, Fatimah juga senantiasa menyapu sehingga pakaiannya berdebu. Kemudian ada beberapa orang pembantu mendatangi Rasulullah saw. Maka kukatakan: “andaisaja kamu datang dan meminta seorang pembantu kepada ayahandamu”. Kemudian Fatimah mendatangi Beliau namun disana beliau sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang. Keesokan harinya beliau mendatangi Fatimah dan berkata: “Ada perlu apa kemarin kamu datang ke rumah?” Fatimah terdiam. Lalu kukatakan: “aku beritahukan kepadamu, ya Rasulullah, Fatimah telah memutar sendiri alat penggilingan sehingga kulitnya dan mengangkut kantung air di pundaknya sehingga membekas guratan di lehernya. Kemudian ketika ada sejumlah pembantu datang ke rumahmu, Aku menyuruhnya meminta seorang pembantu supaya ia tidak terlalu capai.’

Maka Rasululllah saw. Bersabda: “Wahai Fatimah, bertakwalah kepada Allah SWT, tunaikan kewajibanmu kepada Rabb-mu dan kerjakan seluruh tugas rumah tanggamu. Jika engkau hendak berangkat tidur, maka bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, dan betakbir tigapuluh tiga kali, sehingga semuanya berjumlah 100 kali. Yang demikian itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu. “

Maka Fatimah pun manjawab; “Aku rela terhadap perintah Allah swt dan Rasul-Nya.” Sehingga Rasulullah tidak memberikan seorang pembantu

SUAMI - ISTRI = SUPIR - KONDEKTUR

Kehidupan rumah tangga sering di analogikan oleh masyarakat dengan beberapa hal. Misalkan, dengan suatu kendaraan, seperti: mobil, behtera dan sebagainya.
Penganalogian itu ditambah dengan peran suami-istri. Ada yang menganalogikan suami-istri sebagai supir dan penumpang, karena dianggap bahwa suami adalah pemimpin dan istri sebagai pengikut saja.
Namun, bagi saya penganalogian tersebut kurang baik. Karena jika seperti itu, posisi istri hanya mengikuti saja apa yang suami lakukan yang dalam hal ini dianalogikan sebagai sopir, tidak peduli dengan kerja dan keputusan supir, penumpang hanya menuntut supaya diantar ke tempat tujuan, dan menilai untung-rugi.
Bagi saya, penganalogian itu akan lebih baik jika dibandingkan sebagai supir-kondoktur. Kenapa demikian?
Kita lihat mereka? Mereka membagi tugas sesuai dengan keahliannya, supir bertugas mengendalikan kemudi dan kondektur bertugas mencari penumpang dan mengurus keuangan, kondektur yang mengatur pengeluaran seperti untuk bayar tol, bensin, dan untuk setoran. Mereka bekerja sama menuju ke suatu tempat, bekerja sama mencari rizki, tidak ada penilaian untung rugi, mereka membagi tugas, dan mereka saling membantu tugas masing-masing.
Supir yang tugasnya menyetir tidak hanya terfokus menyetir, tapi dia juga jeli melihat lurus dan terkadang ke sebelah kanan mobil untuk mencari penumpng yang merupakan tugas pokok supir. Kondektur juga membantu supir mengawasi mobil lain ketika mobilnya hendak berbelok.
Seorang istri tidak hanya diam menunggu dan melihat serta menikmati hasil kerja suami apalagi banyak menuntut layaknya seorang penumpang yang hanya diam menunggu sampai tiba di tujuan dan terkadang banyak menuntut atau kerap asik sendiri, tidak peduli terhadap tugas supir, tidak peduli bisa menyetir atau tidak.
Jika penganalogian suami-istri adalah dengan supir-kondektur, maka apakah sebuah rumah tangga akan berlangsung harmonis dan bahagia?
Keutuhan rumah tangga itu akan bertahan dan membawa kebahagiaan jika suami-istri bertekad bersama-sama membentuk keluarga yang utuh dan harmonis. Tidak hanya seorang suami atau istri saja. Keduanya berusaha membentuk keluarga yang baik, jika hanya satu pihak saja yang berusaha kemudian pihak lainnya hanya diam bahkan merusak, maka keluarga tersebut rentan percekcokan dan rumah tangganya akan sulit untuk dipertahankan.
Dalam hal ini juga perlu adanya pembagian tugas antara suami-istri. Pembagian tugas ini bukan merendahkan salah satu pihak, akan tetapi berdasarkan potensi yang dimiliki masing-masing.
Seorang supir yang memang memiliki keahlian mengemudi, maka ia bertugas mengemudi, kondektur tentunya harus terampil mengatur keuangan dan jeli mencari penumpang, dia pun sebaiknya bisa mengemudi mobil, karena jika supir dalam keadaan tidak baik sehingga ia tidak bisa mengemudi, maka kondektur siap menggantikan supir.
Hal yang sama dalam rumah tangga, suami yang memiliki tenaga lebih, maka ia betugas mencari nafkah keluarga. Istri yang lemah lembut, penuh kasih, bersikap rapi, bersih, dan suka akan keindahan, maka ia dipercaya mengurusi anak-anak dan rumah tangga, namun istri pun sebaiknya bekerja dan memiliki penghasilan. Ini mungkin terdengar sangat memberatkan istri, padahal jika kita fikirkan kembali, itu merupakan kebaikan bagi dia dan keluarganya sendiri. Suami tidak selamanya mampu bekerja dan sehat, rejekipun tidak selamanya lancar, penghasilan istri dapat menjadi “ban serep” bagi ekonomi keluarga. Tidak perlu bekerja keras layaknya seorang suami atau laki-laki pada umumnya, namun industri rumahan atau pekerjaan ringan sangat baik baginya karena tugasnya untuk mengurusi rumah tangga dan anak-anak tidak boleh terabaikan.
Begitu pula suami, perlu juga membantu tugas istri. Mendidik anak bukan hanya tugas seorang Ibu akan tetapi sosok ayah begitu penting bagi anak, pekerjaan rumah yang berat perlu diambil alih oleh suami, seperti mengganti genteng yang bocor, merapihkan rumput-rumput halaman dan lain sebagainya, bila perlu, suami pun belajar memasak. Karena jika istri dalam keadaaan tidak baik, sedang hamil, atau melahirkan maka suami tidak kerepotan lagi karena ia bisa masak dan mencuci sendiri.
Bahkan Rasulullah saw. Pun kerap mengerjakan apa yang biasa seorang istri kerjakan.
Diriwayatkan Imam Bukhari dalam Kitab Faathul Baari; Ketika ditanya tentang apa yang dikerjakan Rasulullah saw ketika di rumah, maka Aisyah Radhiallahu ‘anha menjawab: “Beliau senantiasa membantu urusan rumah tangga, dan jika waktu shalat tiba, maka beliau pun pergi mengerjakan shalat.”
Sedangkan dalam riwayat Imam Ahmad, Bahwa Aisyah Radhiayallahu ‘Anha ditanya tentang rasulullah saw di rumah, maka Aisyah menjawab; “beliau menjahit pakaiannya, membetulkan sandalnya, dan mengerjakan apa-apa yang biasa dilakukan suami di rumah mereka.”