Rabu, 14 Oktober 2009

JANGAN ANGGAP REMEH PEKERJAAN ISTRI

Pernah berfikir bahwa pekerjaan seorang istri itu sama beratnya dengan pekerjaan suami?

Mari kita perhatikan; seorang istri terbangun pagi-pagi jauh sebelum jam berangkat kerja suami atau berangkat sekolah anak. Istri mempersiapkan segala persiapan untuk sarapan pagi sekeluarga, terkadang suami dan anak minta dipersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke tempat kerja atau sekolah. Setelah selesai mempersiapkan sarapan, kemudian ia membereskannya dan mencucinya dengan cucian-cucian lain yang tersisa sebelumnya. Pakaian sekeluarga yang begitu banyaknya hampir setiap hari ia cuci. Begitu selesai mencuci pakaian yang begitu menumpuk dan piring-piring yang begitu banyaknya, ia kemudian mulai bersih-bersih di rumah, setiap kamar, ruangan, bahkan halaman rumah ia bersihkan. Bahkan terkadang ia mengepelnya.

Belum kering cucian, istri sudah mulai mempersiapkan makan siang untuk kedatangan suami atau anak-anak. Menu makanan tentunya harus berbeda, dan itu dilakukan setiap hari, sehingga kerap merasa kehabisan menu.

Pekerjaan istri seperti itu adalah rutinitas sehari-hari, di lakukan di tempat yang sama, dengan pekerjaan yang sama, suasana dan pemandangan tiap hari tidak banyak berubah. Tentunya hal itu sangat membosankan, hidup mereka terasa tidak berputar dan berwarna sehingga istri terkadang merasa kelelahan secara fisik dan psikis. Maka alangkah baiknya jika sang suami kerap mengajak istri dan keluaga berlibur atau sekedar mengunjungi tempat-tempat yang indah seperti taman kota atau lain sebagainya.

Bayangkan, tiap hari melakukan hal yang sama dengan melihat pemandangan dan suasana yang itu-itu juga, tentunya itu membosankan. Maka pantas jika seorang istri ingin bekerja layaknya seorang laki-laki yang bekerja di luar sana, memiliki kebebasan yang sama, memiliki penghasilan sendiri, ingin suasana baru.

Namun, perlu disadari bahwa dalam rumah tanggga harus ada pembagian tugas. Tugas ini harus sesuai dengan potensinya masing-masing. Wanita atau istri dipercaya merawat atau mengurus anak-anak dan rumah tangga karena seorang wanita atau ibu sangat amat kasih dan lembut merawat seorang anak, tangan mereka lembut, ucapannya santun, membawa rasa nyaman dan damai, bersikap melindungi, menjaga, merawat, bersikap tertib, rapih, dan bersih sehingga istri di percaya mengurus anak dan rumah tangga termasuk juga dalam mengurus keuangan. Seorang istri tentunya boleh-boleh saja bekerja, mengembangkan dan mengaplikasikan potensi pendidikan dan keterazmpilan adalah hak setiap orang akan tetapi tugas seorang istri tidak boleh terbengkalai. Maka, perlu adanya seleksi pekerjaan supaya tugas seorang istri pun tidak terabaikan. Misalkan, bekerja sebagai penjahit, berdagang di rumahan, guru les privat, atau mendirikan usaha rumahan (home industri), dan lain sebagaiya.

Lalu bagaimana jika mendatangkan pembantu saja? Mendatangkan pembantu boleh-boleh saja jika memang mampu dan diperlukan. Akan tetapi, pembantu tugasnya hanya membantu dan tidak menggantikan tugas seorang istri. Mengurusi rumah tangga bukan suatu penghiaan bagi istri namunitu merupakan tugas yang mulia bagi seorang istri.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ali Bin Abi Thalib, Ia telah bercerita kepada Ibnu Abad; “Istriku ini sudah biasa memutar sendiri alat penggiling sehingga kulit tangannya menjadi tebal dan membawa kantung air sehingga muncul guratan pada ehernya. Selain itu, Fatimah juga senantiasa menyapu sehingga pakaiannya berdebu. Kemudian ada beberapa orang pembantu mendatangi Rasulullah saw. Maka kukatakan: “andaisaja kamu datang dan meminta seorang pembantu kepada ayahandamu”. Kemudian Fatimah mendatangi Beliau namun disana beliau sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang. Keesokan harinya beliau mendatangi Fatimah dan berkata: “Ada perlu apa kemarin kamu datang ke rumah?” Fatimah terdiam. Lalu kukatakan: “aku beritahukan kepadamu, ya Rasulullah, Fatimah telah memutar sendiri alat penggilingan sehingga kulitnya dan mengangkut kantung air di pundaknya sehingga membekas guratan di lehernya. Kemudian ketika ada sejumlah pembantu datang ke rumahmu, Aku menyuruhnya meminta seorang pembantu supaya ia tidak terlalu capai.’

Maka Rasululllah saw. Bersabda: “Wahai Fatimah, bertakwalah kepada Allah SWT, tunaikan kewajibanmu kepada Rabb-mu dan kerjakan seluruh tugas rumah tanggamu. Jika engkau hendak berangkat tidur, maka bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, dan betakbir tigapuluh tiga kali, sehingga semuanya berjumlah 100 kali. Yang demikian itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu. “

Maka Fatimah pun manjawab; “Aku rela terhadap perintah Allah swt dan Rasul-Nya.” Sehingga Rasulullah tidak memberikan seorang pembantu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar