Senin, 26 Oktober 2009

YANG LAHIR YANG JUARA

Selasa 28 September 2003, tepat pukul 03.07 WIB, seorang bayi terlahir dari ibu yang berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu. Berbeda dengan ibu-ibu lain yang tersenyum penuh bahagia ketika bayinya lahir. Ibu ini justru menangis sedih. Bukan karena kelahirannya yang butuh operasi, karena proses kelahirannya lancar, bukan karena suami yang tidak menemani, suami selalu mendampingi istri bahkan saat proses melahirkan, suami mondar-mandir di depan pintu kamar, karena bidan elarang laki-laki masuk. Tentunya tangisan ibu ibu ini bukan tangisan bahagia, bayi laki-laki yang baru lahir ini ternyata memiliki kedua tangan yang tidak sempurna.

Sang ibu menangis sedih, mengembangkan fikiran-ikiran negatifnya: “bagaimana perasaannya kelak ia telah besar, bagaimana ia bisa mandiri, bagaimana masa depannya, sampai kapan aku akan mengurusinya?” Tanya sang ibu dalam hati kepada siapa dia pun tidak tahu. Fikiran-fikiran yang belum jelas kebenarannya it uterus ia kembangkan sehingga air mata pun tak terbendung, bantal yang sudah basah dengan keringat, kini bertambah basah dengan cucuran air mata. Sang ayah yang terlihat kekar buah dari olah fisik karena pekerjaannya sebagai tukang becak tidak dapat menggambarkan bahwa ia laki-laki tegar, air matanya mengalir bak anak kecil kehilangan ibunya.

Melihat mereka menangis bersama layaknya paduan suara upacara bendera, Bidan Neneng yang mengurusi kelahirannya itu mendekati mereka dan berkata: “Bu, setiap manusia yang lahir ke dunia ini adalah manusia pilihan, manusia juara, dialah yang terbaik. Saat berhubungan badan, laki-laki mengeluarkan ratusan juta sel sperma baik yang berjenis X dan Y. sel sperma yang berjumlah ratusan juta adalah adalah bakal calon manusia. Bayangkan ! anak yang lahir ke dunia ini adalah hasil seleksi alam yang akbar, dari ratusan juta peserta. Sel sperma ini harus melewati cairan vagina yang mengandung asam dan basa. Keasaman dan kandungan basa dalam vagina mematikan sebagian besar sel sperma, sel sperma yang lemah akan mati pada seleksi tahap awal ini. Setelah berhasil melewati bagian luar vagina, sperma akan “berlari-lari” saling mendahului menuju ovum atau sel telur wanita. Dalam perjalanannya, sel sperma banyak yang gugur dan mati sedangkan sperma yang lemah akan tertinggal jauh oleh sperma yang kuat dan larinya cepat. Terkadang sel sperma harus menunggu beberapa hari di tuba fallopi untuk kedatangan ovum karena ovum yang belum matang sehingga belur keluar dari ovarium atau tempat ovum, dalam proses tunggu inipun banyak sel sperma yang gugur, karena tidak dapat bertahan lama, hanya sel sperma yang kuat sajalah yan mampu bertahan dan menunggu. Ketika ovarium datang, sel-sel sperma yang mampu bertahan akan berlomba menembus lapisan yang meliputi ovum, lapisan ini sulit untuk di tembus, pada tahap ini juga ada proses seleksi, banyak sel sperma yang gugur dan hanya sperma yang kuatlah yang dapat menembus lapisan ovum yang kemudian membuahi ovum. Ketika salah satu sperma berhasil membuahi ovum, maka sel sperma lainnya akan gugur dan tidak mungkin akan membuahi ovum yang telah dibuahi itu. Ovum yang telah dibuahi inilah yang kemudian menjadi segumpal daging yang kemudian berkembang dan terus berkembang hingga menjadi bayi.

Perjuangan tidak sampai pada pembuahan atau bersatunya sel telur dengan ovum, pembuahan ini atau disebut dengan zigot harus bertahan dan terus berkembang menjadi bayi dengan situasi yang terkadang mengancam kehidupan zigot atau cikal bakal bayi. Udara yang tidak sehat, asupan makanan yang tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat, aktifitas ibu yang terlalu berat, gerakan-gerakan atau tekanan-tekanan, atau bahkan ibu yang mengalami kecelakaan dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengancam kehidupan cikal bakal bayi ini. Dan itu berlaku selama hamper kurang lebih sembilan bulan. Hanya bakal calon manusia yang kuatlah yang bakal terlahir ke dunia ini.

Ibu dan bapak bisa bayangkan betapa ada proses seleksi alam yang begitu besar untuk menyeleksi manusia yang layak lahir ke dunia fana ini. Oleh karena itu, perlu kita sadari, bagaimanapun keadaan fisik bahkan psikis anak yang lahir, mereka adalah sang juara sejati, mereka adalah pemenang, mereka adalah manusia yang layak lahir ke dunia ini diantara ratusan juta calon manusia yang bakal lahir.”

Mendengar nasehat dari bidan Neneng, pasangan suami istri ini menyusut air matanya, hingga mengering bak musim penghujan di bulan Maret.

Seakan melupakan ketidak sempurnaan, sang ayah bergegas mengais bayinya kemudian mengumandangkan adzan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya mengenalkan Allah swt sebelum syaitan memperkenalkan diri pada bayi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar