Sabtu, 02 Mei 2009

lima tahap perceraian

LIMA TAHAP PERCERAIAN

Secara umum, ada lima tahap perceraian yang dialami seseorang dalam proses perceraian. Meskipun setiap orang yang bercerai tidak mengalami tahapan-tahapan ini, namun kebanyakan dari mereka mengalami kelima tahapan ini. Tahapan tersebut adalah:

1. Perceraian emosional

Perceraian emosional adalah tahap awal yang dapat dilihat. Ini dimulai dalam pernikahan ketika salah satu dari pasangan itu atau dua-duanya menyembunyikan emosi dalam hubungan mereka. Daya tarik dan rasa percaya antara satu dengan lainnya telah luntur, mereka tidak lagi saling memperkuat cinta mereka. Mereka mungkin tidak terpisah tetapi mereka hidup terpisah secara emosi dan gagal memperbaiki hubungan mereka. Dalam perceraian emosi ini, perasaan terpusat pada hal-hal yang negatif yang ada pada pasangannya tanpa melihat hal-hal yang positif dalam kehidupan mereka berdua.

2. Perceraian secara hukum

Salah seorang pasangannya atau keduanya menyewa pengacara dan merencanakan perceraiannya serta mengisi bermacam-macam formulir. Salah satu sebab mengapa perceraian merupakan pengalaman emosi yang berat adalah karena meskipun proses hukum dapat membuat terputusnya pernikahan, tetapi tidak dapat membuat bebas dari emosi.

Pada masa perceraian secara emosi dan sebelum ataupun sesudah sah secara hukum, keputusan harus diambil agar salah satu pasangan tersebut meninggalkan rumah

3. Perceraian ekonomi

Perceraian ekonomi dapat mengubah gaya hidup dari masing-masing pasangan. Istri yang kini harus membiayai hidupnya atau ditambah dengan anak yang kini menjadi tanggung jawabnya penuh harus mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka mungkin akan berfikir bahwa tunjangan untuk mantan istri tentu tidak akan cukup, dia harus memutar otak untuk bisa mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Penyusunan kembali bidang keuangan akan menyadarkannya akan kenyataan perceraian.

4. Perceraian koparental

Dalam tahap ini berarti orang tua bercerai satu dengan yang lain, tetapi tidak bercerai dengan anak mereka. Anak tetap akan menganggap orang tuanya sebagai ayah dan ibu, bukan mantan ayah atau mantan ibu. Namun beberapa anak merasa telah diceraikan dari salah satu orang tua mereka, apalagi orang tuanya itu tidak pernah mengunjunginya atau ada pihak yang melarang mereka berjumpa. Perlu dijelaskan pada anak-anak bahwa meskipun orang tua mereka bercerai akan tetapi mereka tidak akan pernah bercerai dengan anak-anaknya. Anak yang merasa diceraikan dengan ayahnya kemudian ia tidak pernah menghubungiya, maka si anak tersebut akan tumbuh rasa kebencian kepada ayahnya tersebut, karena menganggap ayahnyalah yang meninggalkan dia dan ibunya. Begitu pula sebaliknya.

Satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa jangan sekali-kali membenarkan diri sendiri atas perceraian tersebut dengan melemparkan semua kesalahan pada pasangannya. Dengan menyalahkan atau menyerang bekas pasangannya, akan memaksa anak untuk berpihak. Jangan biarkan kemarahan atau kebencian terhadap mantan pasangan Anda membuat anak harus terpaksa memihak. Hal tersebut akan membuat kebencian terhadap salah satu orang tuanya.

5. Perceraian masyarakat

Dalam tahap ini sering dihinggapi rasa kesepian. Hal ini mungkin disebabkan oleh status sosial. Jika orang yang bercerai itu ikut anggota arisan ibu-ibu atau klub lainnya yang mempunyai suami, maka ia merasa tidak cocok lagi dengan klubnya itu. Ia akan merasa tidak cocok ketika mereka membicarakan tentang kebaikan suami-suaminya. Bahkan dalam kasus yang lebih “extreme” lagi, keberadaan seorang janda adalah ancaman bagi para ibu-ibu yang masih memiliki suami, sehingga mereka akan cenderung menjauhinya.

Teman-teman terdekat atau anggota keluarga lain dapat menjadi sumber dukungan pada saat mereka kesepian dan dapat bersifat menolong. Orang-orang yang dalam tahap perceraian ini harus diberi semangat untuk bersandar pada persahabatan mereka, tetapi juga harus disadarkan terhadap reaksi-reaksi yang umum dari orang-orang lain yang mungkin akan ia alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar