Sabtu, 02 Mei 2009

MEMILIH ALAT KONTRASEPSI

Tinjauan Umum

Hal utama yang perlu diketahui bahwa tidak ada satupun bentuk alat kontrasepsi yang sempurna. Masing-masing alat kontrasepsi memiliki tingkat kegagalan baik yang berhubungan dengan netode kontrasepsi maupun kesalahan manusia dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Bahkan kontrasepsi juga memiliki efek samping. Setiap Individu atau pasangan memiliki keputusan yang berbeda dalam menentukan kontrasepsi yang akan digunakan.

Resiko terjadinya kehamilan jka tidak menggunakan kontrasepsi adalah sebesar 2-4% pada setiap kali melakukan hubungan seksual yng tidak dilindungi, dengan resiko keseluruhan mencapai 85 kehamilan dari 100 wanita per tahun.[1]

Beberapa macam metode kontrasepsi adalah sebagai berikut:

Kontrasepsi “Alamiah” (‘Azl-Arab) (Coitus Interruptus)

Kemungkinan metode kontrasepsi ini adalah metode kontrasepsi tertua di dunia. Diketahui bahwa sejak munculnya agama Islam (Agama Penyelamat), metode ‘Azl ini sudah dikenal oleh masyarakat pada masa itu.

‘Azl berarti menarik penis keluar dari vagina sebelum ejakulasi (keluarnya air mani). Dalam ajaran Islam, ‘Azl diperbolehkan selama mendapat izin dari istrinya.

Metode ‘azl tidak memiliki efek samping secara medis. Namun kebanyakan pasangan tidak memakai metode ini, karena secara tidak terasa, sperma dapat keluar sebelum ejakulasi. Selain itu, kebanyakan wanita tidak menyukai metode ini karena ejakulasi di luar vagina mengurangi kenikmatan hubungan seksual

Metode Kalender

Metode ini dilakukan dengan cara menghindari hubungan seksual pada “masa subur” wanita yaitu saat terjadinya ovulasi (lepasnya sel telur atau ovum dari ovarium) dan beberapa hari sebelum dan sesudah ovulasi. Para ahli seksologi membuat rata-rata masa subur adalah tiga hari sebelum dan sesudah ovulasi. Misalkan Anda memiliki siklus haid 28 hari maka “masa subur” Anda adalah sekitar tanggal 11-17.

Metode ini menggunakan kalender siklus haid dan melihat beberapa indikasi ovulasi, sebagai berikut:

  1. Pengukuran suhu basal tubuh, dengan alat termometer khusus yang skalanya lebih kecil, diletakkan di bawah lidah, suhu basal badan diukur setiap bangun tidur. Jika terjadi penurunan dan kemudian meningkat tiba-tiba, biasanya sedang dalam masa subur
  2. Sifat-sifat lendir serviks—menjelang ovulasi lendir rahim agak encer dan bila diraba dengan jari akan membentuk dua benang dan berwarna bening.[2]
  3. Menggunakan alat perkiraan ovulasi yang dijual bebas di pasaran yaitu dengan cara mengukur hormon lutein (luteinizing hormone). Bila hasilnya positif, berarti wanita sedang dalam masa subur. Tes ini seperti tes kehamilan, tapi yang diukur bukan hormon beta HCG, tapi hormon lutein yang ada di air kencing.[3]

Metode ini tidak memiliki efek samping secara medis. Namun perlu diketahui, bahwa metode ini sangat sukar diterapkan karena siklus haid setiap wanita sangat berbeda dan dinamis. Berbagai faktor tertentu seperti kondisi kejiwaan dalam keadaan stress, akan mengganggu siklus haid. Selain itu, sperma dapat hidup di dalam serviks selama 2-3 hari bahkan bisa sampai 5 hari, sehinggga memungkinkan untuk terjadinya konsepsi atau pembuahan.

Metode Rintangan

Metode ini menggunakan tiga macam alat kontrasepsi: Diafragma, kondom, dan tutup serviks. Ketiga alat ini bekerja dengan cara mencegah masuknya spermatozoa ke dalam uterus dan membuahi ovum. Metode ini dapat memiliki efek samping bagi beberapa orang yang memiliki alergi terhadap lateks, namun hal ini sangat jarang terjadi.

Kondom pria lebih mudah di dapat di pasaran, bahkan tersedia di lang rokok pinggiran jalan. Kondom pria dapat terbuat dari karet lateks, poliurethan, atau bahkan usus binatang. Setiap kondom memiliki sensitivas dan “rasa” yang berbeda dalam berhubungan seksual. Kondom wanita biasanya terbuat dari poliurethan. Dalam memasangkan dan melepaskan kondom harus sangat hati-hati. Kondom bisa saja sobek saat karena dalam pemasangannya tidak hati-hati, dan sperma bisa saja tumpah ke vagina saat melepaskan kondom.

Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari lateks dan berbentuk mangkuk yang di pasang di dalam vagina seta menutupi serviks. Penggunaan diafragma biasanya di barengi dengan penggunaan spermisida (zat pembunuh spermatozoa). Hal ini dilakukan karena sejumlah sperma mungkin dapat menembus diafragma dan mencapai uterus. Pemasangan diafragma sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan secara profesional, karena pemasangannya harus benar-benar tepat dan tidak membahayakan. Diafragma sebaiknya tetap di tinggal selama 6-8 jam setelah hubungan seksual dan spermasida tambahan di berikan ke dalam vagina jika terjadi hubungan seksual berikutnya—sebelum diafragma diangkat.[4]

Tutup serviks tidak banyak tersedia di pasaran, alat ini serupa dengan diafragma namun ukurannya lebih kecil. Tutup serviks ini menutupi serviks dengan kuat dan bisa dipasang oleh sendiri.

Ketiga alat ini memiliki sifat pori-pori, sehingga memiliki tingkat kegagalannya yang cukup besar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Biran Affandi (2000) menyatakan bahwa tingkat kegagalan kondom dalam keluarga berencana mencapai 20%.[5]

Pernyataan dari M. Potts (1995) Presiden Family Health International, salah seorang pencipta kondom mengakui bahwa; “Kami tidak dapat memberitahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang”[6].

Dari keterangan di atas, diketahui bahwa selain tingkat kegagalan kondom cukup besar, penularan penyakit dapat memungkinkan lewat hubungan seksual walaupun menggunakan kondom. Berdasarkan data-data kondom, bahwa rata-rata diameter pori-pori kondom 1/20 – 1/30 x tebal minimal serat atau 1/30 x 0,5 mikron (minimal = 1/60 mikron)[7], sedangkan diameter virus rata-rata 1/50 x 1/5 mikron = 1/250 mikron[8]. Dari keterangan tadi, jelaslah bahwa kondom tidak dapat mencegah penyebaran HIV.

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (intrauterine device)

Alat kontrsepsi dalam rahim (AKDR), merupakan alat yang terbuat dari plastik berbentuk T dan berukuran kecil yang dimasukkan ke dalam rongga uterus. Terdapat benang nilon yang menempel pada alat ini yang di gantungkan dari dalam vagina.

AKDR atau IUD dapat mencegah implantasi telur yang telah dibuahi dengan beberapa mekanisme. AKDR biasanya dilapisi tembaga. Ion tembaga secara kompetetif menghambat sejumlah proses yang membutuhkan seng (zinc) dalam aktivasi sperma dan proses signal endometrium/embrio. Namun jika AKDR di diisi dengan progestin, maka rangkaian pematangan endometrium dari proliferatif menjadi sekretodik terganggu, sehingga menciptakan suasana intrauterus yang tidak sesuai untuk implantasi.[9] IUD yang mengandung progestreron ini mempertebal lendir di saluran rahim sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.

Kontrasepsi Hormonal

Terdapat tiga macam kontrasepsi hormonal, yaitu:

Pil Kontrasepsi Kombinasi

Pil kontrasepsi kombinasi ini mengandung hormone progestrin dan hormon estrogen. Pil kombinasi ini mencegah kehamilan dengan mekanisme, seperi penebalan lendir serviks dan perubahan dinding uterus untuk mencegah implantasi.

Pil kombinasi kini tersedia sebagai kontrasepsi dalam formula nonoral. Diantaranya adalah susuk, suntik, dan cincin vagina. Pil ini dikonsumsi selama 21 hari berturut-turut dan dihentikan selama6-7 hari berikutnya untuk memungkinkan menstruasi terjadi.

Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan :

1. Kemasan 28 hari

7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.

2. Kemasan 21 hari

Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi.

Pil Kontrasepsi progestrin

Kontrasepsi ini dapat diberikan secara oral dan parenteral. Mekanisme kerjanya adalah dengan mempertebal lendir serviks sehingga mencegah sperma masuk ke uterus. Selain itu, mekanisme kerja kontrasepsi ini mengubah dinding endometrium uterus sehingga mencegah sperma mencapai tempat pembuahan dan mencegah implantasi telur yang telah dibuahi. Pada beberapa wanita pil yang mengandung progestrin ini dapat mencegah ovulasi.

Depo-Provera merupakan bentuk suntikan dari kontrasepsi progestrin. Suntikan ini diberikan setiap 90 hari. Norplant merupakan suatu alat kontrasepsi yang terdiri dari enam kapsul lunak progestrin yang diimplantasikan di bawah kulit. Implan ini mengeluarkan rogestrin secara perlahan dan dapat digunakan selama 5 tahun.

Keuntungan bentuk parenteral dari kontrasepsi hormonal adalah, tidak menyusahkan penggunanya. Namun, kelemahannya adalah sulitnya mengembalikan kesuburan.

Pil kontrasepsi oral tampaknya memiliki keuntungan lain, yaitu menurunkan resiko penyakit peradangan pelvis, penyakit payuadara jinak, anemia, dan kanker endometrium atau ovarium. Beberapa resiko dari penggunaan pil kombinasi maupun progesteron adalah perdarahan sela, peningkatan berat badan, perubahan libido, nyeri payudara, sakit kepala, dan mual. Pil kombinasi juga dapat mengakibatkan infeksi jamur vagina, dan depresi.[10] Wanita yang berusia di atas 35 tahun atau memasuki masa premenopause dan wanita perokok sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi ini.

Kontrasepsi Hormonal Darurat

Pil ini mengandung hormon yang sama, namun dengan dosis yang tinggi dan memiliki mekanisme yang sama dalam mencegah kehamilan, sama halnya dengan pil kombinasi. Pil ini dapat digunakan sampai dengan 3 hari setelah hubungan seksual tanpa pelindung. Kontrasepsi ini berhubungan dengan meningkatnya gangguan lambung dibandingkan dengan pil yang hanya mengandung progestrin.

Sterilisasi

Kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi permanen. Sterilisasi mencegah gamet mencapai tempat fertilisasi. Terdapat dua pilihan sterilisasi pada wanita, ligasi tuba dan histerektomi. Ligasi tuba dengan pembedahan akan mengganggu tuba fallopi dan dapat berupa pengikatan, penyumbatan, atau pengikatan parsial. Interupsi pada tuba fallopi mencegah interaksi antara ovum dan sperma. Histerektomi jarang dilakukan hanya untuk sterelisasi namun dapat menghilangkan kemungkinan kehamilan.

Sterilisasi pada pria disebut Vasektomi. Tindakan ini melipuiti interupsi vas diferens bilateral saat vas diferens keluar dari testis dalam skrotum. Metode pembedahan pada vasektomi ini terjadi dari eksisi parsial atau pengikatan. Vasektomi memerlukan masa tunggu selama tiga bulan dan beberapa kali ejakulasi pascaoperasi untuk membersihkan vas diferens dari sperma yang telah diproduksi sebelumnya. Resiko dari vasektomi adalah memungkinkan terjadinya kanker prostat.

Terdapat prosedur pengembalian untuk vasektomi ataupun tubektomi, namun keberhasilannya bergantung pada metode awal sterilisasi. Jika operasi pengembalian dilakikan dalam 3 tahun dari prosedur sterilisasi, maka keberhasilan terjadinya kehamilan pascaprosedur mencapai 70-80%.[11]

DAFTAR PUSTAKA

  1. Neal. M.J. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Tenerjemah dr. Juwalita Surapsari. (Jakarta: Erlangga, 2006)
  2. Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKS Edisi Kedua. Tenerjemah dr. Vidhia Ummami (Jakarta: Erlangga, 2006)
  3. Hawari, Dadang. Konsep Agama (Islam) menanggulangi AIDS. (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2002)
  4. http://smartpsikologi.blogspot.com
  5. http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://64.203.71.11/wanita/news/0607/21/2107


[1] Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKS Edisi KeduaI. Tenerjemah dr. Vidhia Ummami (Jakarta: Erlangga, 2006) h. 58

[3] http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://64.203.71.11/wanita/news/0607/21/2107

[4] Ibid hal.58

[5] Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) menanggulangi AIDS. (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2002) h. 87

[6] Ibid. h.85

[7] Ibid. hal. 91

[8] Ibid. h. 93

[9] [9] Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKS Edisi Kedua. Tenerjemah dr. Vidhia Ummami (Jakarta: Erlangga, 2006) h. 59

[10] M.J. Neal. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Tenerjemah dr. Juwalita Surapsari. (Jakarta: Erlangga, 2006) h. 75

[11] Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKS Edisi Kedua. Tenerjemah dr. Vidhia Ummami (Jakarta: Erlangga, 2006) h. 59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar